![]() |
Foto: Pada Mubes ke-IV Mapasma |
KabarMadina.com - Mandailing Natal. Dalam Musyawarah Besar (Mubes) ke-IV yang digelar oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) STAIN Mandailing Natal, Ketua Mapala STAIN Madina (Mapasma) Samsir Alam menyampaikan sambutan yang mengangkat persoalan lingkungan, khususnya dampak aktivitas penambangan ilegal.
Dalam sambutannya, ia menjelaskan bagaimana eksploitasi alam oleh penambang telah mengubah air yang jernih menjadi keruh, merusak ekosistem, dan mengancam kelestarian lingkungan.
Momen tersebut semakin berkesan ketika Sarah Amelia, seorang anggota Mapala, membacakan puisi berjudul "Tangisan Alam" yang ditulis Abul Haris, sesama anggota Mapala. Puisi itu menggambarkan keprihatinan mendalam terhadap kerusakan alam akibat keserakahan manusia, terutama para penambang ilegal yang hanya mengejar keuntungan tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang.
Dalam puisinya, Abul Haris melukiskan kondisi bumi yang semakin memprihatinkan: air yang dulu jernih kini keruh, cuaca yang kian panas dengan terik matahari bagai api, polusi udara yang seperti racun, serta penderitaan makhluk hidup yang seolah terjebak dalam neraka. Puisi itu juga menyentuh suara-suara hewan yang terancam, nyaris terlupakan di tengah kerusakan yang terus terjadi.
Di akhir pembacaan puisi, Sarah Amelia mengajak seluruh hadirin untuk terus berjuang melindungi dan menjaga keindahan alam. Pesan tersebut mendapat respons positif dari peserta Mubes, yang sepakat untuk memperkuat komitmen dalam aksi pelestarian lingkungan.
Acara ini tidak hanya menjadi ruang diskusi organisasi, tetapi juga menjadi pengingat akan tanggung jawab bersama dalam menjaga bumi dari kerusakan yang semakin mengkhawatirkan. Mapala STAIN Madina berharap, melalui puisi dan kampanye lingkungan, semakin banyak pihak yang tergerak untuk mengambil tindakan nyata demi masa depan alam yang lebih baik. (yn)
0 Comments